Bermain Petak Umpet

Posted: 26 January 2016 in Karya Nares

Minggu sore aku bermain petak umpet bersama Aufar, Nata, Sabila, Zakha, Al, tak kusangka aku kena jaga.
Saudaraku mulai bersembunyi hitungan sudah sepuluh aku mulai mencari satu per satu.
Nata bersembunyi di bawah kursi, Zakha bersembunyi di bawah tempat tidur, Al bersembunyi di balik pintu kamar dan Aufar bersembunyi di bawah meja, dan apa yang terjadi sudah setengah jam aku belum menemukan Sabila.
Aufar, Al, Zakha, Nata juga ikut mencari, akhirnya Sabila muncul dari kejauhan ternyata perut Sabila mules, kami berlima hanya tertawa.

Dua Sapi dan Satu Kambing

Posted: 26 January 2016 in Karya Nares

Ada dua sapi mereka menemukan sebuah rumput yang banyak.
Mereka bingung membaginya, agar bisa adil mereka mencari timbangan, tiba-tiba kambing yang nakal itu siap untuk membagi rumput.
Tiba-tiba kambing itu memakan rumputnya dan dua sapi itu menyadari bahwa mereka telah ditipu oleh kambing.
Tiba-iba kambing sakit perut karena terlalu banyak makan.

be positive…

Posted: 14 September 2015 in Uncategorized
Tags:

Beberapa hari yang lalu saya cukup shock ketika lihat LKS nya Zakha, tepatnya di pelajaran Matematika, ada nilai 20 beserta message tambahan; “Kurang Teliti”.

WP_20150820_05_30_55_Pro

Saya coba lihat-lihat apa benernya yang dibahas di LKS ini, ternyata menentukan mana yang lebih sedikit jumlahnya dari sepuluh soal yang ada.

Pada sub-bab sebelumnya terdapat perintah mencontreng mana yang lebih banyak jumlahnya, dari sepuluh soal yang ada, Zakha sukses, bener semua dah…

Pada sub-bab berikutnya perintahnya adalah mencontreng mana yang lebih sedikit jumlahnya, hanya dua dari sepuluh soal yang sukses dikerjakan.

Saya panggil dianya.

“Dik, kalo yang ini sama yang ini banyakan yang mana?” wawancara dimulai.

“Yang ini Yah,” sambil nunjuk gambar, dan bener.

“Kalo ini sama ini sedikit yang mana?”

“Ini,” bener lagi, enteng banget waktu dia jawab.

Dan seterusnya, sampe sepuluh soal itu dia paham mana yang lebih banyak dan mana yang lebih sedikit.

“Terus Dik, ini kan perintahnya disuruh nyontreng yang lebih sedikit, kenapa koq adik pilih yang lebih banyak?” saya neruskan wawancara yang mana point kritisnya justru di sini.

“Soalnya disuruh mas Aufar pilih yang lebih banyak,” tuh jawabannya. Aufar ini temen sebangkunya sekaligus kakak sepupunya, nurut deh sama kakaknya.

Nilai 20 ga seharusnya ada, labeling “Kurang Teliti” juga bukan pilihan bijak untuk ditulis di LKS itu, seharusnya seorang guru menerapkan Discovering Ability, kemampuan seorang anak tidak hanya dinilai dari kertas dan apa yang tertulis dalam kertas itu. Kalo seperti ini sekolah bukan tempat terbaik untuk mencerdaskan atau memberi pengetahuan kepada anak, fungsi sekolah hanyalah tempat seleksi mana anak dengan kognitif terbaik dan yang tidak.

Pemilihan kata-kata “Kurang Teliti” juga kurang enak banget didengar, gimana kalo kata-kata itu meresap ke anak didik, bisa bahaya kalo dia melabeli dirinya dengan sesuatu yang negatif, “Aku kurang teliti”, “Aku bodoh”, “Aku lemah di matematika”.

Hmmm…

Bangun pagi-pagi saya punya ide, untuk mengubah apa yang sudah tertulis di LKS.

WP_20150820_05_42_13_Pro

Saya masih berusaha menggunakan pilihan kata positif ke anak-anak, saya berusaha, saya berusaha.

Ayo semua guru, mari menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar, salah satunya dengan bertutur kata yang positif.